Bahasa Indonesia yang Mulai Tergerus Perkembangan Zaman

 

Bahasa Indonesia yang Mulai Tergerus Perkembangan Zaman

 


 

 

 

Nama  : A.kadir zaelani

Nim     : 2020B1B001

Semester/Kls : Satu( B )

Judul Artikel  : Bahasa indonesia yang mulai tergerus perkembangan zaman

Prodi  : Administrasi publik


    Bahasa Indonesia adalah bahasa komunikasi yang diterapkan secara sah oleh pemerintah untuk mempermudah rakyatnya yang terdiri dari beragam suku dan bangsa agar mudah berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, karena itu ragam bahasa Indonesia memiliki beberapa variasi bahasa yang mana pemakaiannya berbeda-beda sesuai dengan topik yang akan dibicarakan.

    Bahasa telah lama menjadi alat komunikasi yang digunakan oleh rakyat Indonesia, sesuai dengan perintah presiden Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahawa rakyat Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa rakyat Indonesia juga tidak terlepas dari peran beberapa perwakilan pemuda di Nusantara yang berkumpul pada tahun 28 Oktober 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda. Sumpah tersebut mengikrarkan secara langsung cita-cita negara ini dari segi tanah air, bangsa dan bahasa Indonesia.

    Dalam sejarahnya juga bahasa Indonesia berkembang dari kumpulan beberapa bahasa terutama dari bahasa Melayu yang ditulis dalam aksara jawa atau yang lebih dikenal dengan arab gundul. Perubahan demi perubahan terjadi semasa Indonesia yang dulu dikenal Nusantara mulai didatangi oleh orang-orang Eropa terutama dari penjajah Belanda. Saat itulah tulisan aksara jawa mulai dipengaruhi oleh tulisan latin. Perubahan tersebut tentu tidak terjadi begitu saja tapi membutuhkan waktu ratusan tahun untuk menjadi bahasa yang kita kenal seperti sekarang.

    Pada zaman dahulu, sebelum adanya Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), rakyat Indonesia menggunakan penulisan yang berbeda dengan saat sekarang. Karena itu di beberapa litelatur lama, kita akan kesulitan membacanya dikarenakan pada zaman itu bahasanya masih dalam pengembangan setelah masa penjajahan. Pada tahun 1972, negara Indonesia mulai menggunakan EYD sebagai penggunaan bahasa baku.

    Adapun untuk mengenal tulisan bahasa zaman dahulu dengan zaman sekarang, ada beberapa hal yang berubah seperti huruf, DJ diganti J, contohnya Djakarta menjadi Jakarta, Djembatan menjadi Jembatan. Lalu huruf J diganti Y, contohnya Jogjakarta menjadi Yogyakarta, Jang menjadi Yang. Lalu huruf TJ diganti C, contohnya Tjinta menjadi Cinta, Pantajasila menjadi Pancasila. Lalu huruf OE diganti U, contohnya Goeroe menjadi Guru, Boekoe menjadi Buku. Lalu huruf NJ menjadi NY, contohnya Njonja menjadi Nyonya, Tanja menjadi tanya. Lalu huruf SJ diganti menjadi SY, contohnya Moesjawarah menjadi Musyawarah, Sjair menjadi Syair. Lalu huruf CH menjadi KH, contohnya Chasiat menjadi Khasiat, Chalayak menjadi Khalayak, dan masih ada beberapa lagi perubahan-perubahan lainnya.

    Perubahan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam penggunaan bahasa Indonesia yang kita kenal sekarang tentu dengan beberapa alasan seperti keluwesan, pengematan dari penggunaan huruf yang berlebihan, dan tentu saja lebih praktis. Sekarang kita bisa dengan mudah membaca tulisan-tulisan yang ada di media cetak atau di media elektronik tanpa takut salah pengucapan ataupun salah penggunaan asal kita belajar dasar-dasarnya yang tentu saja hanya di dapatkan di bangku pendidikan.

    Ragam bahasa yang ada di Indonesia memang bervariasi dalam segi bahasa berdasarkan pemakaian, topik pembicaraan, dan juga mediumnya. Saat ini kita mengenal ragam bahasa Indonesia dengan ragam baku, percakapan, hormat, kasar, lisan, resmi, dan tulis.

    Setiap ragam-ragam tersebut memiliki kegunaannya masing-masing misalnya, ragam baku digunakan untuk bahasa yang dipakai oleh kalangan berpendidikan yang dicantumkan dalam karya ilmiah baik dan biasanya juga dipakai dalam hal-hal resmi. Ragam percakapan dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling berbagi percakapan dan membahas objek-objek yang saling berkaitan. Ragam hormat digunakan saat melakukan pembicaaraan dengan orang yang dihormati seperti orangtua atau atasan.

    Ragam kasar digunakan untuk kegiatan tidak resmi dan kadang kala tidak sesuai EYD, tapi itu tidak perlu dipermasalahkan oleh kedua belah pihak yang menggunakan ragam bahasa dikarenakan asal bahasa yang mereka pakai bisa dimengerti satu sama lain. Ragam resmi bisanya dipakai untuk acara-acara yang bersifat resmi dan kadang kala cenderung kaku. Sedangkan ragam tulis adalah bahasa yang digunakan di media tulis dan kadang kala tidak terikat ruang dan waktu karena bisa dibaca oleh generasi sesudahnya kapanpun juga.

    Pada zaman dahulu, bahasa Indonesia tidak se-‘variasi’ sekarang dalam pengucapan maupun dari tulisannya. Pada waktu itu orang-orang masih belum mengetahui secara baik penggunaan bahasa Indonesia dikarenakan mereka masih menggunakan bahasa daerahnya masing-masing.

    Bahasa Indonesia yang sudah tersusunpun kala itu hanya digunakan oleh orang-orang yang telah mengenyam bangku sekolah pada masa itu. Walaupun bahasa Indonesia sekarang sudah sampai ke pelosok tentang pelajarannya tapi dikarenakan faktor globalisasi, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar masih lebih baik di zaman dahulu dibandingkan dengan zaman sekarang.

    Jadi tidak menutup kemungkinan di zaman yang lebih modern, penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan semakin terberangus. Penggunaan bahasa akan lebih gaul dan berasimilasi dengan bahasa-bahasa dunia lainnya yang lebih terkenal seperti Iggris, Arab, Francis, Jepang, Cina, dan lain-lain. Hal itu bisa diprediksi dikarenakan pelajaran bahasa Indonesia sendiri dianggap sebelah mata oleh pendidikan saat ini. Dengan beralaskan bahasa Indonesia adalah bahasa ibu sehingga tidak diajarpun maka anak-anak akan tahu.

    Tentu saja hal tersebut keliru, malahan seharusnya bahasa Indonesia sendirilah yang mesti dilestarikan jangan memperbanyak mata pelajaran asing dibandingkan bahasa Indonesia di kurikulum pendidikan saat ini.

    Bahasa Indonesia saat ini kalah jauh dengan bahasa Inggris yang digunakan orang-orang sebagai bahasa dunia. Untuk bisa menempuh pendidikan yang lebih tinggi di dalam maupun di luar negeri syaratnya harus menguasai bahasa Inggris. Jadi sungguh ironi saat seorang anak akan dipandang luar biasa saat menguasai bahasa Inggris walau nilai bahasa Indonesianya jeblok.Penggunaan bahasa Indonesia yang baku dan santun mulai tergerus, padahal mata pelajaran bahasa Indonesia mulai diajarkan di bangku sekolah dasar bahkan sampai ke perguruan tinggi. Tapi kita bisa lihat sendiri, jauh lebih banyak orang yang mengambil jurusan bahasa asing dibandingkan bahasa Indonesia. Ini semakin menandakan bahwa bahasa Indonesia masih lemah di mata dunia bahkan di mata rakyatnya sendiri.

    Disaat bahasa Indonesia semakin tergerus semakin hari maka hal tersebut akan sedikit demi sedikit menggerus kebudayaan yang ada. Setiap kebudayaan atau kearifan lokal yang biasanya menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia telah beralih menggunakan bahasa asing dengan alasan menggaet wisatawan international. Padahal kalau kita bandingkan masih banyak wisatawan lokal atau wisatawan international yang menonton budaya di suatu daerah Indonesia? Tentu saja jauh lebih banyak wisatawan lokal.

    Ada beberapa trik dan tindakan yang harus dilakukan untuk menjaga kelestarian bahasa Indonesia, yang pertama harus dimulai dari diri sendiri. Dalam bertutur kata menggunakan bahasa Indonesia pilihlah bahasa yang sopan dan enak di dengar sehingga orang lain yang berbicara dengan kita merasa nyaman. Lalu dalam lingkungan sekolah, seorang pendidik harus mengajarkan ragam bahasa Indonesia dengan baik sehingga mereka tidak kebingungan dengan bahasa mereka sendiri. Sedangkan untuk pemerintah, harus dibuatkan lowongan pekerjaan yang berhubungan langsung dengan penggunaan bahasa Indonesia seperti relawan bahasa yang ditempatkan di seluruh daerah. Peran relawan tersebut adalah mengajarkan sekaligus mensosialisasikan tentang bahasa Indonesia kepada masyarakat yang ada di sekitarnya.

 


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer